Home / BERITA / DAERAH / PEMERINTAH

Sabtu, 29 Juli 2023 - 21:16 WIB

Marwah KPK Runtuh, Ralat Penetapan Tersangka Rusak Rasa Keadilan Publik

Komentar Pers :
HENDARDI, Ketua Dewan Nasional SETARA Institute

Komentar Pers : HENDARDI, Ketua Dewan Nasional SETARA Institute

Kabarpos.id JAKARTA – Penetapan status tersangka atas Kabasarnas Marsdya TNI Henri Alfiandi (HA) dan Letkol Afri Budi Cahyanto (ABC) oleh KPK terkait kasus dugaan suap proyek di Basarnas, diralat melalui konferensi pers KPK, Jumat (28/7).

Atas hal itu, Ketua Dewan Nasional SETARA Institute Hendardi angkat bicara.

Sebelumnya, TNI menyatakan keberatan atas penetapan tersangka tersebut.

Keberatan TNI atas suatu proses hukum, tidak seharusnya dilakukan dalam bentuk intimidasi institusi.

Hendardi menyebut dalih anggota TNI tidak tunduk pada peradilan umum adalah argumen usang yang terus digunakan TNI untuk melindungi oknum anggota yang bermasalah dengan hukum.

“Jika pun TNI tidak sepakat dengan langkah KPK, seharusnya menempuh jalur praperadilan,” ujarnya.

Ia mengungkapkan Pasal 65 ayat (2) UU 34/2004 tentang TNI menegaskan bahwa yurisdiksi peradilan militer hanyalah untuk jenis tindak pidana militer.

Sedangkan untuk tindak pidana umum, maka anggota TNI juga tunduk pada peradilan umum.

Demikian juga Pasal 42 UU 30/2002 tentang KPK, menegaskan kewenangan KPK melingkupi setiap orang yang diduga melakukan tindak pidana korupsi, baik ia tunduk pada peradilan umum maupun pada peradilan militer.

“Jadi, tidak ada tafsir lain kecuali bahwa KPK seharusnya tidak menganulir penetapan tersangka tersebut,” tambahnya.

Menurut Hendardi Norma-norma dalam UU 31/1997 tentang Peradilan Militer yang mengatur subyek hukum peradilan militer seharusnya batal demi hukum karena UU TNI dan UU KPK telah menegaskan sebaliknya.

“Yakni, jika anggota TNI melakukan tindak pidana umum, maka tunduk pada peradilan umum,” tegasnya.

Ketidaksamaan di muka hukum dan privilege hukum bagi anggota TNI, menurut Hendardi harus diakhiri.

Ia juga menganggap peristiwa klarifikasi dan permintaan maaf atas penetapan tersangka anggota TNI, suatu tindakan hukum yang sah dan berdasarkan UU, adalah puncak kelemahan KPK menjaga dan menjalankan fungsinya secara independen.

“Dalam hal ini KPK memilih tunduk pada intimidasi institusi TNI, yang sebenarnya bertentangan dengan prinsip kesamaan di muka hukum sebagaimana amanat Konstitusi,” ujarnya.

Peristiwa ini juga menunjukkan supremasi TNI masih teramat kokoh, karena meskipun tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi, korps TNI pasti akan membela dan KPK melepaskannya.

Peragaan ketidakadilan dalam penegakan hukum ini harus diakhiri.

Presiden dan DPR tidak bisa membiarkan konflik norma dalam berbagai UU di atas terus menjadi instrumen ketidakadilan yang melembaga.(red)

Share :

Baca Juga

BERITA

Pendampingan Babinsa, Kegiatan Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) Desa Karangandong

BERITA

DALAM RANGKA KELEMAN DESA MANUNGGAL KEC KEDAMEAN CUKUP MERIAH SEKALI

BERITA

Perkuat Sinergitas Kapolda Jatim Silaturahmi Dengan PCNU se Madura

BERITA

Kegiatan Non Fisik Satgas TMMD Regtas Ke 116 Yaitu Berikan Penyuluhan Belneg Kepada Pelajar

BERITA

Dukung Peningkatan Gizi Anak Babinsa Beringin Dampingi Nakes Berikan Vitamin

DAERAH

Sambang Ke Masyarakat Tidak Lupa Personel Sat Binmas Beri Himbauan kambtimas

BERITA

Sampaikan Himbauan Kamtibmas, Kapolres Bojonegoro Sambang dan Ajak Warga Slum Area Berbuka Puasa Bersama

BERITA

Selain untuk Anggotanya, Danrem 081/DSJ Bagikan Hasil Gado-Gado Bosbow untuk Masyarakat