Lamongan, Kabarpos.id – Pembangunan jalan rabat beton di Desa Sewor, Kecamatan Sukorame, Kabupaten Lamongan, menyisakan tanda tanya besar. Proyek yang dibiayai Dana Desa tahun 2024 senilai Rp 60.572.800 itu kini dalam kondisi rusak berat. Retakan muncul di berbagai titik, permukaan mengelupas, dan badan jalan tak lagi layak dilalui. Tidak ada bencana besar yang melanda, tidak pula beban kendaraan berat yang melintasi. Kerusakan muncul karena kualitas pekerjaan yang sejak awal memang dipertanyakan.
Kepala Desa Sewor, Tarno, yang bertanggung jawab penuh atas proyek tersebut, hingga kini belum memberikan penjelasan. Tak ada klarifikasi ke publik, tak ada itikad evaluasi, seolah kerusakan ini bukan masalah penting. Padahal, proyek ini dibiayai dari uang rakyat, dan hasilnya tak bisa dinikmati oleh rakyat itu sendiri.
Pada tahun anggaran 2024,dibl tahap 2 Desa Sewor kembali menggelontorkan dana Rp 190 juta untuk proyek jalan lanjutan. Namun pelaksanaan proyek ini kembali dipertanyakan. Sejumlah tahapan konstruksi yang seharusnya dijalankan justru tampak diabaikan. Pemadatan tanah tidak dilakukan maksimal, agregat dasar tidak tampak, pencampuran beton diduga asal-asalan, dan proses curing tidak ditemukan di lapangan. Jalan terlihat selesai di permukaan, tapi kualitasnya menyimpan bom waktu.
Yang lebih memprihatinkan, pihak Kecamatan Sukorame terkesan membiarkan. Saat dimintai konfirmasi, Camat tidak memberi tanggapan. Dirinya hanya menyarankan untuk konfirmasi ke Desa.”Silahkan konfirmasi ke pak kades mas”. Singkat Rahmat Hidayat saat dihubungi selasa (29/04/25).
Tidak ada klarifikasi, tidak ada pernyataan sikap. Diamnya pihak kecamatan menjadi penegas bahwa sistem pengawasan terhadap dana desa belum berjalan sebagaimana Padahal,pihak kecamatan juga berperan pada saat monitoring evaluasi (Monev) kemarin.
Kasus di Desa Sewor menggambarkan persoalan yang lebih besar dari sekadar jalan rusak. Ini adalah soal akuntabilitas pemerintahan desa dan lemahnya fungsi kontrol di tingkat kecamatan. Uang rakyat sudah dibelanjakan, namun manfaat tak kunjung dirasakan. Yang tersisa hanya jalan yang rusak, dana yang lenyap, dan aparat yang bungkam.
(Bersambung/Red)
