Kabarpos.id Sidoarjo – WAG RPS adalah salah satu grup yang mampu mengakomodir semua kepentingan sosial, masyarakat, politik dan kesenian, budaya serta keagamaan. Bahkan ekonomi dan pendidikan.
“Grup ini dimaksimalkan sebagai media lnformasi, Diskusi, Edukasi, Advokasi, Liberal, lnovatif dan Solutif (IDEALIS)”.Terang Sujani.
Grup yang diketuai oleh kader Banser tersebut yang juga dikenal sebagai Bupati Swasta (Berjuang Untuk PAstikan haTI dan Suara WArga Sidoarjo tercinTA) ini beranggotakan seluruh elemen masyarakat Sidoarjo.
Diantaranya, Bupati, Wabup, anggota DPRD, DPRD propinsi, DPR RI, kepala dinas, camat, lurah, Kades, ketua RT dan RW. Termasuk para seniman, artis, pelukis, mahasiswa, penyanyi, guru, ustadz, kyai, ulama, tomas, toga, ketua Parpol, pengurus parpol, caleg, Ormas, LSM, wartawan, pelaku UMKM, pengacara, hakim, pendeta, akademisi, dukun dan lain-lain.
Hampir tiga tahun sejak dibentuk, grup Ruang Publik Sidoarjo tersebut telah banyak memberikan kontribusi dan kemanfaatan kepada masyarakat dan pemkab Sidoarjo. Seperti yang diakui oleh Wabup Sidoarjo, H Subandi SH. Termasuk H Rahmat Muhajirin, anggota DPR RI dalam satu kesempatan. Serta pengakuan beberapa tokoh yang tergabung dalam grup yang berjumlahkan hampir 500 orang.
Selain karena kekritisan mayoritas anggota RPS terhadap kebijakan Pemkab, mereka juga berupaya memberikan solusi terbaiknya bagi kemajuan Sidoarjo.
Beberapa karya dan inovasi yang telah ditampilkan RPS, semuanya sukses dan mendapat perhatian publik sebagai jujug an informasi maupun kondisi sosial politik Sidoarjo.
Ngopi Bareng misalnya. Ngopi ini dilakukan untuk membahas sekaligus mendiskusikan berbagai persoalan dan permasalahan yang menjadi perhatian publik yang dirasa merugikan masyarakat atau menguntungkan para pejabat terkait kebijakan Pemkab. Kasus Parkir, Tugu Gerowak, Kurmo, BPJS dan lain-lain adalah contohnya.
Tak kalah pentingnya, sudah banyak warga yang terbantukan oleh grup ini. Semua boleh melaporkan terkait kejadian di lapangan sekaligus mendapat respon dari pejabat terkait secara cepat dan lugas.
Disisi lain, pihak pemkab pun akhirnya terpaksa harus merespon berbagai kritikan maupun masukan yangvtelah dilontarkan jamaah grup RPS. Walaupun malu untuk mengakui, namun fakta di lapangan ada upaya untuk berhati-hati dan memperbaiki diri dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang ada, tambah Sujani.
Namun, disisi lain, perjuangan warga RPS untuk membela kepentingan warga masyarakat tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Berbagai tekanan, bully an, pelecehan dan memberikan imag negatif, adalah sesuatu hal yang biasa didengar dan dilahap oleh jamaah grup, khususnya diarahkan pada ketua grup.
“Biarlah Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.” Pungkas Sujani kepada media ini. (Red)